JAKARTA, BERKASNEWS.COM –Naiknya harga listrik yang mencapai 100 persen lebih belakangan ini memang sangat berat bagi rakyat apalagi yang berpendapatan pas-pas an, hal ini Akhirnya memaksa anggota DPR RI, komisi V Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengkritisi. Selain melambungnya harga listrik legislator Partai Gerindra ini juga menyinggung metode pengelolaan kelistrikan di Indonesia yang tidak transparan.
“kalau seperti ini Masyarakat menjadi resah, masa Harga listrik 3 tahun belakangan naiknya rata-rata di atas 50 persen sampai 100 persen,” ungkap politisi partai Gerindra ini jumat (15/2/2019).
Menurutnya, listrik ini merupakan satu modal untuk kehidupan bangsa yang seharusnya disiapkan negara untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya. Bukan lantas harganya dinaikkan begitu tinggi, apalagi ditambah model pengelolaan yang tidak transparan.
Kata Bambang, Indonesia ini memiliki sumber daya listrik lain, yaitu 51% dari keseluruhan panas bumi dunia ada di Indonesia. Begitu juga dengan sumber daya air yang melimpah.
“Ada sekitar 7,560 sungai di Indonesia yang airnya bisa dijadikan pembangkit listrik. Ini pernah dilakukan negara tetangga kita, Malaysia. Akhirnya, harga jual listrik di Malaysia sekitar 4 sen,” urainya
Padahal Indonesia ini , lanjut Bambang, paling murah 11 sen (kecuali subsidi). Itu pun masih diragukan. Sebab, 11 sen pada tahun 2016, tentu berbeda dengan 2018. “Artinya, saat ini listrik bisa mencapai 20 sen,” ingat Bambang.
Untuk itu, Legislator fraksi Gerindra dapil 1 Jatim (surabaya-Sidoarjo) ini berharap, agar KPK melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan plat merah tersebut yang saat ini ditengarai tidak transparan dalam pengelolaannya. Apalagi, tarif harga listrik yang dinilainya sudah tidak masuk akal.
“Dengan potensi uranium, gas, dan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia, tapi harga listrik masih sangat mahal,” tanya Bambang saat Rapat Paripurna Penutupan Masa Persidangan III di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Kata Bambang,anggaran infrastruktur sudah dinaikan 300% dibanding kabinet pemerintahan terdahulu, namun listrik tetap mahal dan sulit terjangkau masyarakat. Bahkan, kata Bambang, Indonesia masih impor listrik dari Malaysia.
“kami berharap Keprihatinan kami ini semoga bisa ditindaklanjuti oleh yang berwenang. Karena listrik sangat berguna untuk masyarakat banyak, termasuk saya sendiri,” harapnya
Ia juga mengritisi rencana pemerintah yang akan menghilangkan listrik di bawah 4.400 VA. “Ini sangat meresahkan masyarakat,” katanya. (han/sa)