Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur berharap pemerintah untuk tidak melakukan lockdown, sebagai solusi menangkal penyebaran virus Corona atau Covid 19. Mereka memastikan, kebijakan lockdown di wilayah Jatim berpotensi menjadikan ekonomi lumpuh yang merugikan semua pihak.
SURABAYA, BERKASNEWS. COM-Penolakan rencana Penetapan status lockdown yang besar kemungkinan diterapkan di Indonesia datang dari Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur.pasalnya kalau hal itu sampai dilakukan maka dikwatirkan ekonomi Indonesia makin lemah dan akan memicu kerawanan sosial.
“kami berharap jangan sampai ada lockdown di jawa timur, sebab kasihan orang-orang yang secara ekonomi masih dibawah, terutama leber didalam pabrik itu, ” tutur ketua DPD GINSI Jawa Timur Romzy Abdullah Abdar saat bincang-bincang dengan Media ini, jumat (20/3/2020)
Namun demikian kata Romzi, tetap berusaha bagaimana pabrik tidak sampai libur, walau ada penurunan yang semula bisa 3 sip sekarang tinggal 2 bahkan 1,sip” yang penting tetap bisa kerja dan continu,” harapnya
Ia pun, menghimbau agar kondisi saat ini kita harus menggencangkan ikat pinggang, harus hemat, harus hati-hati,
” kita juga harus menyiapkan logistic untuk jawa timur yang lebih dari cukup, ” lanjut Romzy
Menurutnya, imbas lockdown bagi industri adalah pasokan bahan baku pabrik akan terhenti rotasinya. Untuk itu Romzy berharap agar wabah virus corona ini tidak berlarut-larut dan cepat berakhir,” ya semoga virus corona ini segera pergi dari bumi Indonesia , “harapnya
Disinggung soal nilai tukar (kurs) rupiah yang hari jumat ini berada dikisaran Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), Pria Arab ini menilai sudah cukup tinggi makanya ia berharap kembali normal.
“Itu harus direm. Kalau dibiarkan kita beli bahan pokoknya mahal. Lalu nanti jualnya berapa. Apa mau ada yang beli dengan harga tinggi,” tandasnya
Romzy menyadari kurs rupiah terus bergerak melemah akibat kepanikan pasar global yang disebabkan wabah virus corona atau COVID-19. Wabah tersebut melanda di lebih dari 100 negara, Ia bisa memaklumi berbagai kebijakan tersebut karena nyawa manusia memang lebih berharga dari apapun di dunia.
Namun, dia merasakan sendiri kebijakan tersebut turut menghambat distribusi bahan baku bisnisnya sejak kasus COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, China.
“Sempat kembali normal saat wabah COVID-19 di Wuhan berhasil diatasi. Namun kembali cemas saat wabah COVID-19 kini masuk ke Indonesia,” katanya.(han)