SURABAYA, BERKASNEWS.COM -Seperti tahun -tahun yang lalu para pemangku kepentingan maupun para stake holder Pelabuhan Tanjung Perak baik regulator, operator dan fasilitator secara rutin menyelenggarakan Latihan Search and Rescue (LatSAR) , di bawah koordinator Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya, dengan harapan team Rearch and Rescue mampu dan tanggap dalam menangani accident yang terjadi, Namun Nampaknya Latihan yang jauh-jauh dipersiapkan ini masih perlu dievaluasi sebab dinilai belum sesuai dengan aturan dan SOP yang ada, kendati latihan ini berjalan dengan lancar.
Penilaian ini terkemuka sesaat setelah Latihan yang melibatkan beberapa intansi ini selesai, yang kemudian setiap peserta dimintai komentar dan evaluasi hasil akhir latihan bersama ini oleh panitia, Dia Kepala Kantor Badan Search and Rescue Nasional (KaBaSARNas) Surabaya, Prasetya Budiarto. Mengemukakan dan evaluasi sekaligus mengingatkan, bahwa setiap person maupun tim penyelamatan korban insiden harus memahami metode RTRGT.
“Reach, Throw, Row, Go, Tow, adalah metode pertolongan pada korban yang harus diingat,” ujarnya mengevaluasi LatSAR gabungan 2018 yang menggunakan obyek terbakarnya KMP Satya Kencana III milik PT Dharma Lautan Utama (DLU), Rabu (9/5/2018).
kata Pras (panggilan akrab-red) untuk menjangkau korban, semestinya regu penyelamat melakukan aksi pertolongan dengan tidak langsung melompat dari kapal ke laut. Menurutnya, tindakan tersebut, bisa berbalik dan menambah korban berikutnya, selain korban yang ditolong untuk diselamatkan.
“Jangan langsung nyebur ke laut. Jangan langsung bersinggungan dengan korban, itu bisa membahayakan. Karena, korban panik justru sebaliknya, bisa membuat kita (tim penolong, red) ikut tenggelam,” urai Pras dihadapan instansi dan stakeholder yang hadir menyaksikan aksi LatSAR 2018 di perairan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Besarnya kemungkinan yang didasarkan evaluasi tersebut, bisa saja terjadi apabila mengabaikan pedoman yang sudah digariskan dalam ketentuan penyelamatan korban insiden di laut. Bagaimanapun juga, korban tetap korban, bukan menambah korban, apalagi korban yang bertambah itu berasal dari tim penolong yang tidak memahami standard operation procedure (SOP) aksi penyelamatan.
Sesuai metode dan SOP RTRGT, sebaiknya menggunakan media untuk memudahkan pemberian pertolongan. Media bantu tersebut untuk menjangkau, atau yang bisa dijangkau korban yang saat itu masih dalam kondisi sadar. “Bisa dayung atau apa saja yang dijulurkan agar korban berpegangan pada media itu. Sekali lagi, saya ingatkan, ‘korban tetap korban’ jangan sampai menambah korban baru,” ulasnya.
Ditambahkan, kemampuan seorang rescue harus tiga kali lipat dari korban. Ia mengingatkan, jika belum mampu menolong korban, sebaiknya tidak melakukan aksi coba-coba memberikan pertolongan. “Pahami dulu SOP. Karena, kami sering menjumpai kecelakaan di laut, justru si penolong malah menjadi korban,” tandas Pras yang juga berharap, ada latihan bersama secara berkelanjutan. “Bila perlu, kita bentuk tim reaksi cepat di Pelabuhan Tanjung Perak,” lanjutnya
Sementara, LatSAR bersama 2018 yang digagas dan dikonsep jauh hari itu diikuti 170 peserta, di antaranya Tim Syahbandar Tanjung Perak, Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Perak, Distrik Navigasi Kelas II Surabaya, KSOP Gresik, Basarnas, TNI-AL, Polair, Polres Tanjung Perak, Pelibdo III, BMKG, KKP, RS PHC, PT DLU. Hadiri pula, perwakilan Bea dan Cukai Tanjung Perak, Dishub Jawa Timur, UPT Perhubungan Laut se-Jawa Timur. (Han)