SURABAYA, BERKASNEWS.COM- Dugaan menyalahi spek pembangunan Asrama Pelaut Kantor Distrik Navigasi (Disnav) kelas 1 Surabaya semakin menguat, sebab Renovasi gedung 12 unit dengan Ukuran masing-masing 6×8 tersebut disinyalir rendah kualitasnya, hal ini dibuktikan karena matrial yang digunakan gedung yang berlokasi di jalan Ikan Duyung ini diduga tidak sama dengan spesifikasi yang ada.
Pada pemberitaan media ini episode 1 menyebutkan bahwa pembangunan asrama Pelaut Disnav Surabaya yang menggunakan anggaran APBN tahun 2019 sejumlah 3 Milliar lebih ini menggunakan matrial pasir yang sangatlah rendah sebab pasir tersebut tak ubahnya seperti pasir urug, bukan pasir lumajang atau pasir yang lain dan layak untuk sebuah Gedung Negara.” Memang pasir tersebut pasir urugan pak, harusnya Bapak tanya Dulu, ” kataTugas D Purwanto PPK Disnav Surabaya pada media ini
Namun Media ini dilokasi tidak menemukan ada pasir yang lain yang digunakan untuk pembangunan gedung Asrama pelaut yang di bawah perhubungan laut ini
Temuan juga dijumpai media ini, proyek yang dilaksanakan oleh CV.mitra Tangguh ini menurut sumber menggunakan semen Curah padahal speknya harusnya menggunakan semen Gresik yang sekarang menjadi Semen Indonesia, ” speknya sih semen Gresik, tapi kog pelaksanaannya menggunakan semen Curah,” kata sumber yang enggan disebut namanya.
Permainan pelaksana proyek CV mitra Tangguh ini akhirnya menuaih protes dan kritik oleh salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang kemudian proyek tersebut mengganti matrial semennya dari semen curah menjadi semen merk merah putih,” dalam pengajuan kan tidak menyebut merk Pak, pokoknya berstandar SNI, itu pun dari RAB penawaran kita sudah turun hingga 18 persen,” lanjut Tugas
Penelusuran media ini menyebutkan bahwa Semen merk merah putih yang digunakan mitra tangguh ini harganya berkisar 35 ribu/zak sedangkan semen Gresik 50 rb/ zak terpaut harganya dengan semen Gresik 10 -15 ribu/ zaknya, ” ya Pak, kan itu sudah SNI, ya kita ini kan podo-podo nyambut gawene Pak,” ujar Nanang Pelaksana proyek dengan logat jawanya
Pertanyaannya kenapa ini bisa terjadi? Apakah kurangnya pengawasan? atau bahkan sudah ada hal yang lain..(an)