SURABAYA, BERKASNEWS.COM – Pelabuhan yang memiliki kontribusi dan peluang besar dalam menekan cost recovery dari industri minyak dan gas (migas) di Indonesia. Sebab, pelabuhan yang merupakan pintu masuk, dianggap mampu untuk mensinergikan kebutuhan dalam pelayanan logistik energi nasional.
Untuk itu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III serius mengembangkan usahanya di sektor pelayanan migas. Misalnya, setelah sukses pengoperasian Terminal LNG terapung di Pelabuhan Benoa Bali, kemudian belum lama ini berlanjut sinergi dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGN untuk kerja sama pembangunan Terminal LNG di Terminal Teluk Lamong.
Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis Pelindo III Toto Nugroho ini sangat terkait dengan penguatan lini bisnis bidang energi yang dikerjasamakan melalui layanan terminal sebagai pendukung industri dan operasional di hulu industri migas. Pernyataan yang terungkap dalam worskhop migas bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Surabaya, Selasa (2/4/2019) itu.
Kata Toto Nugroho, Badan Usaha pelabuhanan (BUP) milik Negara ini mulai menggeliat ekspansi industri migas.
“Karena banyak lahan konsesi Pelindo III yang berada di waterfront atau berbatasan langsung dengan laut,” ujarnya
Pelindo III juga telah menyiapkan lini usaha khusus yang membidangi pengembangan integrated services shorebase terminal atau terminal pelabuhan dengan sejumlah layanan. Toto menyebut, PT Pelindo Energi Logistik (PEL) sengaja disiapkan untuk fokus di terminal pelabuhan dengan sejumlah layanan pendukung logistik para pelaku industri migas, seperti Terminal Gresik di Jawa Timur dengan dedicated area. “Terminal Gresik ini memberikan layanan terintegrasi dari kegiatan di laut, seperti kapal sandar, hingga kegiatan di darat, untuk lokasi penyimpanan,” ungkap Toto Nugroho
Namun, konsep integrated services shorebase terminal PT PEL juga akan di-back up lini usaha anak perusahaan Pelindo III lainnya.
“Penyediaan tenaga kerja profesional operasional, pengamanan, kebersihan, dan transportasi, termasuk jasa klinik kesehatan dan catering untuk pekerja di lokasi khusus juga disiapkan untuk mendukung layanan PEL,” jelasnya
lengkapnya layanan dalam satu kawasan yang terdedikasi itu, diharapkan kegiatan industri migas yang menuntut standar keselamatan yang tinggi bisa dicapai secara efisien. “Ya. Penurunan cost recovery merupakan isu penting,” sambung Kepala Divisi Penunjang Operasi dan Keselamatan Migas, SKK Migas, Bagus Edvantoro pada kesempatan tersebut.
“Workshop ini bisa menjadi sarana komunikasi dua arah. Para calon mitra kerja dan masyarakat bisa memahami minimum requirement yang dibutuhkan untuk bekerjasama di industri migas. Untuk itu, SKK Migas terbuka menjalin kerja sama bila memang tujuannya untuk meningkatkan efisiensi,” yakinnya
acara ini yang juga menghadirkan narasumber Dirut PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI Port) Hot Rudolf Marihot, Dirut PT Pelindo Marine Service (PMS), Eko Hariyadi Budiyanto dan beberapa pembicara kompeten lainnya.
Terpisah Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jatim Henky Pratoko menanggapai, bahwa diskusi langsung dengan SKK Migas dan Pelindo III ini, bisa menjadi peluang para pelaku bisnis logistik di jasa logistik industri migas. Menurutnya, peluang baru, sekaligus tantangan ini menjadi penting bagi pelaku usaha di asosiasinya. “Agar turut serta dengan pemerintah dalam meningkatkan efisien logistik di Indonesia,” harapnya (Han/sa/haf)