SURABAYA, BERKASNEWS.COM – Kenaikan biaya pengiriman laut atau ocean freight pada akhir tahun 2021 masih berada pada level yang tinggi meski ada kecenderungan menurun. Hal ini banyak sebab bukan saja dikarenakan kelangkaan petikemas (shortage) tapi juga mulai terjadi kelangkaan ruang kapal (tonnage) yang mendorong meningkatnya biaya ship charter dan freight.
Upaya pun sudah dilakukan oleh para operator pelayaran melalui penyediaan kapal dan petikemas baru.Pun PT Terminal Teluk Lamong (TTL) juga turut memaksimalkan kontribusi untuk mengefisiensikan proses logistik dengan melakukan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan layanan.
Tren teknologi yang ada di industri pelabuhan secara global juga berkembang sangat pesat, dengan adanya transformasi dari era Port Automation menjadi Smart Port, sehinggaTTL juga merasa tertuntut untuk dapat mengoptimalkan dukungan teknologi pada seluruh aspek kegiatan operasional di pelabuhan.
“Saat ini, PT Terminal Teluk Lamong (TTL) tengah berada dalam fase ketiga untuk mengembangkan teknologi di terminal menuju Smart Port 4.0 yang sangat erat kaitannya dengan penerapan Internet of Things (IoT) pada dunia kepelabuhanan. Selain mengimplementasikan teknologi baru, TTL merasa harus melakukan perbaikan terhadap infrastruktur dan sistem yang ada saat ini yang akan meningkatkan layanan operasional di seluruh area terminal,” kata Warsilan Direktur Operasi dan Teknik PT TTL, jumat (26/11)
Secara operasional, PT Terminal Teluk Lamong sudah suport dengan sistem informasi berbasis komputer dan online system yakni Terminal Operation System (TOS),“Tantangan pelabuhan di masa depan adalah bagaimana dapat terus meningkatkan pelayanan dengan dukungan teknologi, sehingga kami berinisiatif untuk mengimplementasikan IoT dan memodifikasi sistem aplikasi pada proses operasional,” tambah Sekretaris Perusahaan PT Terminal Teluk Lamong, Arief Yarmanto.
Hadi M Lukmantyo, Information Communication Technology Senior Manager TTL menjelaskan Terminal Teluk Lamong yang sudah memiliki master plan pengembangan teknologi informasi, pada tahun ini melakukan pengembangan teknologi melalui Enhancement Terminal Operation System (TOS) yang mengelola seluruh proses bongkar muat. Salah satu teknologi yang di integrasikan dengan system TOS adalah pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) dan Global Positioning System (GPS) untuk percepatan job assignment ke armada truk dengan mengidentifikasi lokasi dan status muatan truk secara realtime. Pemanfaatan teknologi IoT ini juga dimanfaatkan untuk memonitor penggunaan alat bongkar muat sehingga ditinjau dari aspek operasional, enhancement TOS dapat meningkatkan kinerja bongkar muat dan percepatan pelayanan receiving delivery, serta dapat juga memberikan potensi tambahan kapasitas sebanyak 11.867 box per tahun.
“Terminal Teluk Lamong adalah optimalisasi pengaturan lokasi pelayanan melalui enhancement pada aplikasi TOS untuk menentukan skala prioritas tiap kegiatan di lapangan penumpukan berdasarkan parameter yang ditentukan, pengaturan rasio tiap kegiatan, serta optimalisasi pergerakan Automatic Stacking Cranes (ASC) di blok penumpukan petikemas” ujar Hadi Lukmantyo
Dikatakan, saat ini sedang dilaksanakan pemasangan sistem Radio Frequency Identification (RFID) reader pada masing-masing blok yang fungsinya untuk percepatan operasional lift on – lift off armada truk di lapangan penumpukan, “Dengan adanya sistem RFID pada lapangan penumpukan juga perlu didukung dengan pemasangan RFID tag pada armada truk untuk mendukung pola operasional atas enhancement TOS yang ada” urainya
uji coba pertama pada awal November 2021 sampai dengan saat ini, menurut Arief Yarmanto telah terlihat bahwa hal ini mampu membawa perubahan dalam pelayanan di Terminal Teluk Lamong. “Namun demikian, tentunya diperlukan monitoring dan perbaikan yang berkesinambungan agar implementasi dilapangan menjadi lebih efektif dan efisien, yang nantinya mampu berkontribusi menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan daya saing pelabuhan” pungkas Arief.(han/ia)